Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PPKM Efektif Kendalikan Kasus Covid-19 di Indonesia

Oleh : Afrizal )*

Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terbukti ampuh dalam mengendalikan kasus Corona di Indonesia Hal itu terbukti dari , jumlah pasien Covid turun drastis menjadi hanya kisaran 20% dari 2 bulan lalu, sehingga diharapkan masyarakat untuk terus mendukung program tersebut.



Mulai awal Juli 2021 berbagai wilayah di Indonesia terkena PPKM, ada yang berlevel 1 hingga 4. Tingkatan PPKM tergantung dari jumlah pasien Corona di daerah tersebut. Pada awalnya, ada yang menjalani PPKM dengan setengah terpaksa karena merasa kebebasannya dibatasi. Padahal maksud dari program ini adalah untuk mengendalikan kasus Corona di Indonesia, yang 2 bulan lalu mencapai puncaknya.


Buah manis dari PPKM terlihat ketika kita melihat data yang dirilis oleh tim satgas Covid. Tanggal 5 Juli 2021 pasien Corona mencapai 29.000-an orang, sedangkan tanggal 5 september 2021 menjadi hanya 5.000-an orang. Penurunan drastis ini menunjukkan keampuhan PPKM, sehingga wajar jika program ini terus diperpanjang per pekan. Dengan harapan agar jumlah pasien Covid terus menurun.


Ketika terjadi penurunan kasus Covid di Indonesia maka Malaysia yang heran, mengapa bisa begitu? Mungkin mereka sudah lelah juga bagaimana cara mengendalikan Corona di negaranya dan ingin berguru pada pemerintah Indonesia. Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementrian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa penurunan kasus Covid terjadi karena kolaborasi pemerintah dan masyarakat.


Selama PPKM diberlakukan dalam 2 bulan ini memang minim sekali terjadi pelanggaran di lapangan. Masyarakat juga paham bahwa PPKM dibuat demi kesehatan banyak orang, agar tidak terkena Corona, sehingga menurutinya. Contohnya, mereka membatalkan rencana liburan ke luar kota dan beristirahat di rumah saja saat PPKM, karena tahu bahwa mobilitas tinggi bisa menaikkan angka penularan Corona.


Selain itu, selama PPKM benar-benar sepi dari hajatan dan pesta pernikahan, karena yang boleh diselenggarakan hanya acara privat yang tamunya maksimal 35 orang. Pun dengan tambahan syarat harus sesuai dengan protokol kesehatan, jadi para tamu harus pakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan tidak makan di tempat pesta. Sehingga makanan dibawa pulang dalam kotak khusus.


Siti Nadia menambahkan, saat PPKM terjadi kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, ahi epidemiologi, klinisi, dan ormas. Dukungan dari mereka amat positif dan mensukseskan program ini. Selain itu, fasilitas kesehatan meningkat dan tempat untuk isolasi pasien Covid makin banyak (dan gratis), serta nakes berkomitmen agar pasien lekas sembuh. Sehingga Corona bisa dikendalikan dalam 2 buln ini.


Kolaborasi sangat penting karena pemerintah tidak bisa berjalan sendiri selama PPKM. Ahli epidemiologi terus memberi masukan bagaimana cara mengendalikan Corona, karena mereka lebih paham teorinya, sehingga jumlah pasien Covid terus menurun berkat PPKM dan strategi-strategi lain dari pemerintah.


Selain itu, pemerintah juga terus melengkapi Rumah Sakit dengan ventilator dan alat-alat kesehatan lainnya, sehingga pasien Covid bisa bertahan dan lekas sembuh. Kalaupun mereka mengalami gejala ringan Corona, bisa isolasi di tempat yang sudah disediakan dan fasilitasnya cukup lengkap. Juga tersedia tenaga medis dan obat-obatan gratis.


Ormas juga turut membantu kesuksesan PPKM karena mereka menyadari alangkah baiknya program ini. Jadi, mereka tidak membuat kerumunan dan meniadakan aktivitas yang mengundang banyak orang, untuk sementara. Sebagai gantinya bisa diadakan online via Zoom.


Kesuksesan PPKM adalah buah dari kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, ahli epidemiologi, dan pihak-pihak lain. Hasilnya, jumlah pasien Covid menurun drastis hingga hanya 20% saja dari 2 bulan lalu. Prestasi ini patut kita pertahankan dan kalau bisa jumlah pasien Covid ditekan lagi.


)* Penulis adalah kontributor Lingkar pers dan Mahasiswa Cikini