Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendorong Peran Tokoh Agama Merangkul KST Kembali ke NKRI


Oleh : David Krei )*

Para pemuka agama di Papua memiliki peran sentral untuk merangkul anggota Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua untuk kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Diharap dengan pendekatan secara halus ini para anggota KST akan tergugah dan menyadari bahwa seluruh tindakannya selama ini adalah salah. 

KST Papua adalah ancaman nyata bagi perdamaian di Papua. Keberadaan gerombolan itu hanya menimbulkan konflik dan kekerasan bagi masyarakat. Berbagai pendekatan pun dilaksanakan Pemerintah agar kelompok itu menghentikan aksi kejinya, termasuk dengan pendekatan dialogis humanis. 

Pendekatan dialogis dan humanis merupakan pendekatan baru yang akan ditempuh Pemerintah guna mengatasi persoalan keamanan di Papua, termasuk dengan mendorong peran tokoh agama. Dengan adanya ajakan pemuka agama, anggota KST diharapkan dapat bertobat serta mau menyerahkan diri ke pangkuan ibu pertiwi. Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyatakan bahwa ia meminta tokoh agama mengambil peran dalam memberikan pemahaman terhadap KST.

Irjen Pol Mathius menambahkan, keterlibatan tokoh agama dapat meminimalisir konflik, sehingga kelompok separatis dan teroris tidak lagi mengganggu warga sipil dan aparat keamanan di Bumi Cendrawasih. Sebaliknya, mereka ikut membangun Papua. Peran para tokoh agama sangat penting karena jika terus didekati, KST akan sadar dan bertobat.

Peran tokoh agama dalam pemberantasan KST memang sangat penting karena mereka sangat dihormati oleh warga Papua, baik yang sipil maupun yang berstatus sebagai anggota kelompok pemberontak. Jika ada tokoh agama yang berdialog dari hati ke hati maka anggota KST tidak akan berani mengangkat senjata, karena ia memiliki status tinggi di masyarakat. Mereka menghargai tokoh tersebut.

Jika para tokoh agama mau bekerja sama dalam mendekati KST maka diharap akan banyak anggota KST yang bertobat lalu menyerahkan diri ke aparat keamanan. Para anggota KST akan  terketuk hatinya berkat pendekatan oleh tokoh agama lalu sadar bahwa perbuatannya salah, karena ia telah menyakiti hati dan fisik saudara sesukunya sendiri. Padahal niat awal mereka adalah kemakmuran dengan cara pembelotan tetapi malah berujung kekerasan.

Sebagai tokoh agama, para pastur dan pendeta memiliki kharisma tersendiri jika berhadapan dengan anggota KST. Mereka akan terpersuasi dan menitikkan air mata karena sadar akan kesalahannya selama ini. Para anggota KST sadar bahwa banyak korban akibat kekerasan mereka yang berstatus sebagai warga sipil yang tidak memiliki kesalahan apa-apa.

Tidak seharusnya ada pemberontakan karena faktanya saat ini keadaan di Papua sudah modern dan makmur berkat pemerataan pembangunan di era pemerintahan Presiden Jokowi. Hal ini yang diceramahkan oleh tokoh agama di hadapan para anggota KST.

Pendekatan secara humanis oleh para tokoh agama dianggap jauh lebih efektif daripada cara-cara yang sebelumnya. Pasalnya, jika hanya memakai cara lama untuk pemberantasan KST, dianggap kurang bisa menghapuskan organisasi pemberontak tersebut. Buktinya selama bertahun-tahun mereka tetap eksis di Papua.

Akan tetapi jika ada pendekatan secara halus dan dibantu oleh para tokoh agama, akan lebih efektif, karena mereka akan menyerahkan diri ke kantor polisi. Para anggota KST juga dijamin tidak akan dipenjara ketika menyerahkan diri, malah dibantu untuk mendapatkan pekerjaan baru.

Peran tokoh agama sangat penting dalam memberantas kelompok separatis dan teroris karena mereka memiliki kharisma dan perkataannya akan dituruti oleh umat, termasuk anggota KST. Jika tokoh agama mau bekerja sama dengan pemerintah maka pemberantasan KST akan cepat dilakukan.


)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Surabaya