Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemerintah Perluas Cakupan Vaksinasi Hadapi Nataru dan Omicron


Oleh : Dodik Prasetyo )*

Libur Nataru (natal dan tahun baru) sudah di depan mata. Saat liburan yang dikhawatirkan adalah mobilitas massal masyarakat, apalagi saat ini virus Covid-19 sudah bermutasi jadi varian Omicron. Untuk mengatasinya maka pemerintah memperluas cakupan vaksinasi, agar lebih banyak masyarakat yang diinjeksi dan punya imunitas yang tinggi.

Vaksinasi adalah salah satu ikhtiar agar manusia tidak terinfeksi virus Covid-19. Pemerintah mengebut vaksinasi nasional yang dimulai pada maret 2021, sehingga kalau bisa awal tahun depan terbentuk kekebalan komunal. Saat sudah banyak yang divaksin dan ada herd immunity maka Corona akan kalah dan masyarakat sehat.

Pemberian vaksinasi amat penting karena sebentar lagi ada libur Nataru (natal dan tahun baru). Meski sudah ditetapkan bahwa akhir tahun hingga 2 Januari 2022 diberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)  level 3 di seluruh Indonesia, tetapi tetap perlu diantisipasi karena bisa jadi ada mobilitas massal walau di dalam kota. Selain itu takut juga ada keramaian di dalam pusat perbelanjaan, playground, atau tempat wisata.

Pemerintah memperluas cakupan vaksinasi untuk menghadapi libur Nataru. Diharapkan jika sudah banyak masyarakat yang divaksin maka tidak ada klaster Corona baru yang terbentuk saat akhir tahun. Apalagi virus Covid-19 sudah bermutasi jadi varian Omicron yang jauh lebih berbahaya, sehingga kita wajib melindungi dengan vaksinasi dan tentunya dengan menaati protokol kesehatan.

Corona varian Omicron lebih ganas karena menyerang kekebalan tubuh lebih cepat. Ciri-cirinya juga agak berbeda, di antaranya manusia lebih cepat lelah, pusing, dan tidak ada anosmia (tidak bisa membau), sehingga dikhawatirkan ada OTG yang tidak sadar karena ia masih bisa mengendus parfum, padahal kenyataannya kena Corona. Oleh karena itu vaksinasi amat penting untuk mecegah Corona varian Omicron.

Vaksinasi yang perlu diluaskan cakupannya adalah untuk lansia (lanjut usia), karena mereka lebih rawan untuk terkena Corona. Jangan sampai ketika kakek dan nenek jalan-jalan bersama cucunya malah membawa ‘oleh-oleh’ berupa virus Covid-19. Kita wajib berkaca pada kasus di Singapura, di mana lebih banyak lansia yang terkena Corona karena belum mendapatkan vaksin.

Selain vaksinasi lansia, strategi lain pemerintah dalam memperluas cakupan vaksinasi adalah dengan sistem door to door. Vaksinasi door to door yang diinisiasi oleh BIN, akan diselenggarakan di seluruh Indonesia. Tujuannya agar makin banyak rakyat Indonesia yang mendapatkan suntikan, meski di tempat terpencil sekalipun.

Vaksinasi door to door dirasa lebih efektif karena mobil dan tenaga kesehatan (nakes) yang langsung mendatangi pemukiman masyarakat. Mereka tak perlu datang ke Puskesmas atau Rumah Sakit untuk disuntik, tetapi tinggal mendaftar dan menunggu giliran. Terutama bagi warga yang kesulitan finansial, akan lebih hemat karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi. 

Sementara itu, vaksinasi door to door juga berguna untuk kalangan disabilitas karena mereka memang kesulitan dalam bermobilitas. Jika ada nakes yang datang maka mereka tidak perlu mencarter mobil dan mencari pendamping untuk medorongkan kursi roda.

Vaksinasi adalah kewajiban, selain untuk mencegah klaster Corona baru saat libur Nataru, juga bisa menyehatkan diri sendiri. Jika sudah divaksin maka ia tidak terinfeksi virus Covid-19 varian Omicron dan tidak menularkannya ke keluarga di rumah.

Untuk menghadapi libur Nataru maka pemerintah memperluas cakupan vaksinasi, dengan memberi vaksin juga pada lansia yang lebih rawan kena Corona. Selain itu, dilakukan juga vaksinasi door to door sehingga makin banyak masyarakat yang divaksin. Semua jurus dilakukan agar libur Nataru aman dan tidak meningkatkan kasus Corona di Indonesia.


)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia