Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

INA Berpotensi Jadi Katalis Investasi Besar


Oleh : Zakaria )*

INA (Indonesia Investment Authority) merupakan lembaga pengelola investasi, bertugas tak hanya untuk mengelola uang hasil investasi, tetapi juga menjaring investasi-investasi baru. Pemerintah optimis INA akan menjadi katalis bagi investasi besar yang akan masuk ke Indonesia. Investasi kelas kakap wajib didapatkan agar pemerintah mendapatkan banyak devisa.

Sejak era Orde Baru, Indonesia dikenal sebagai negara tujuan investasi, karena memiliki sumber daya alam yang bisa diolah dan sumber daya manusia yang dapat dijadikan karyawan di pabrik hasil investasi. Saat ini Indonesia masih jadi negara idaman investasi karena posisinya strategis dan pemerintah memberi jaminan keamanan investasi. Juga ada payung hukumnya yakni Undang-Undang Cipta Kerja.

Untuk mengelola investasi dan mengatur segala hal yang berkaitan dengannya, maka pemerintah mendirikan INA sebagai lembaga pengelola investasi. Tugasnya antara lain untuk merencanakan, menyelenggarakan, dan mengawasi investasi. Juga untuk mengendalikan dan mengevaluasi investasi di Indonesia. INA dipastikan bebas dari kepentingan lain di luar investasi dan tidak bisa dicampuri pihak lain.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyatakan bahwa optimis INA menjadi katalis bagi berbagai investasi besar. Sejak awal pembentukan hingga sekarang, realisasi investasi yang diapatkan oleh INA sebesar 25 miliar dollar. Dalam artian, jumlah realisasi investasi yang didapat besar sekali dan terbukti INA menjadi daya tarik untuk mendapatkan investor-investor kelas kakap.

Investor yang masuk ke Indonesia bergerak dalam bidang transportasi, konstruksi, telekomunikasi, perkebunan, listrik, industri kimia, dll. Banyaknya investor yang masuk dan berbisnis di berbagai bidang, menunjukkan bahwa kinerja INA sangat bagus. Mereka mampu mencari para investor besar yang tak hanya berbisnis dan membuat pabrik manufaktur, tetapi juga berbagai bidang lain.

Sementara itu, negara-negara yang jadi investor di Indonesia antara lain adalah Singapura. Realisasi investasinya sangat besar, mencapai 3,1 miliar dollar. Kemudian di urutan kedua ada RRC dengan realisasi investasi sebesar 2,3 miliar dollar, dan berikutnya ada Hongkong, Jepang, dan Amerika Serikat, yang realisasi investasinya juga miliaran dollar.

Saat realisasi investasi ditunjukkan maka menjadi bukti bahwa keberadaan INA sangat bagus untuk menarik investor, terutama yang besar. Mereka mau menggelontorkan uang yang sangat banyak dan menanamkan modalnya di Indonesia. Padahal kondisi masih pandemi tetapi mereka mau berinvestasi dan percaya 100% ke Indonesia.

Kepercayaan yang diberikan oleh para investor asing kelas kakap terjadi karena ada garansi langsung dari Presiden Jokowi mengenai keamanan menanamkan modal di Indonesia. Selain itu ada payung hukum berupa UU Cipta Kerja yang memiliki klaster investasi, sehingga perizinan investasi lebih mudah dan cepat (melalui online single submission).

Sementara itu, Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, Rionald Saliban, menyatakan bahwa Indonesia harus memiliki nilai investasi minimal 4,5% dari PDB (produk domestik bruto). Tujuannya agar menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Dalam artian, investor yang didapat harus yang besar karena nilai investasinya juga fantastis. Oleh karena itu pemerintah terus merancang berbagai strategi untuk mendapatkannya. INA sebagai badan yang diberi tugas untuk mengurus seluk-beluk investasi akan berusaha keras dalam mendapatkan investasi kelas kakap dan menguntungkan negara.

Salah satu investor yang jadi incaran pemerintah adalah pemilik Tesla, Elon Musk. Setelah mengutus Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan dan beraudensi dengannya, Presiden Jokowi bertemu langsung dengan Elon. Pertemuan terjadi di kantor Elon Musk, SpaceX di Amerika.

Rencananya Elon mencari tempat yang pas untuk membuat pabrik baterai mobil listrik yang akan mendukung pabrik mobil Tesla. Indonesia dipilih karena memiliki sumber daya alam berupa nikel di daerah timur, dan menjadi daya tarik tersendiri. Diharap investasi dari Tesla benar-benar terwujud dan realisasi investasinya pasti sangat besar, karena Elon termasuk dalam jajaran manusia terkaya di dunia.

Kemudian, dalam acara KTT G20, juga dijadikan ajang promosi Indonesia. Tak hanya untuk bidang pariwisata, tetapi juga bidang lain seperti investasi. Saat para pemimpin dunia datang ke Bali, mereka akan melihat bahwa Indonesia sangat aman untuk dijadikan tempat investasi. Perekonomian juga tumbuh dan sembuh perlahan dari efek pandemi covid-19.

Sektor investasi terus dipromosikan dalam acara tersebut dan para delegasi makin yakin karena melihat pariwisata Bali mulai pulih dan ramai kunjungan para turis asing. Berinvestasi di Bali atau tempat-tempat lain di Indonesia adalah pilihan yang bagus dan meyakinkan. Mereka senang karena bisa melihat sendiri bahwa Indonesia menjadi negara yang cocok untuk menanamkan modal.

INA atau lembaga pengelola investasi menjadi katalis bagi investasi besar di Indonesia. tugasnya antara lain mengelola dan terus mendapatkan investor, terutama yang kelas kakap. Para penanam modal asing juga percaya ke Indonesia dan memberikan guyuran modal sampai miliaran dolar. Kepercayaan dari mereka menunjukkan bahwa usaha pemerintah untuk meningkatkan investasi, sudah berhasil.

)* Penulis adalah kontributor Persada Institute