Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KTT G20 Momentum Wujudkan Indonesia Negara Ramah Investasi


Oleh: Saiful Anwar )*

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi Group of 20 (G20) yang diselenggarakan di Indonesia, menjadi bukti bahwa Indonesia tidak main-main terhadap upaya peningkatan investasi.

KTT G20 menjadi momentum bagi pemerintah untuk menunjukkan kepada negara-negara di dunia bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki daya saing dan ramah investasi.

Presidensi G20 merupakan wadah dialog publik antara pemerintah dari berbagai negara anggota G20, pelaku usaha serta pemangku kepentingan global untuk mengulas urgensi perdagangan dan investasi dalam mendorong perkembangan, pembangunan, serta pemulihan ekonomi global.

Untuk mewujudkan negara ramah investasi, pemerintah telah melakukan sejumlah upaya. Pada regulasi, misalnya Undang-Undang (UU) No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

UU yang juga dikenal sebagai omnibus law tersebut disusun untuk memperbaiki iklim investasi dan mewujudkan kepastian hukum. Dengan demikian, kebijakan horizontal serta vertikal tidak saling berbenturan dan tidak ada lagi regulasi yang tumpang tindih sehingga dapat memberikan kemudahan dalam membuka usaha.

Selain regulasi pemerintah juga menjaga kondisi ekonomi agar bisa pulih selepas pandemi Covid-19. Hasilnya, kondisi makroekonomi termasuk stabil di antara negara-negara lain.

Tercatat per Mei 2022, Indonesia merupakan negara dengan inflasi terendah keempat di antara negara anggota G20 setelah China, Arab Saudi dan Jepang.

Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan (Menkeu) mengatakan, keberhasilan pemerintah dalam membendung krisis ekonomi di Indonesia disumbang oleh kebijakan peningkatan alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) hingga lebih dari tiga kali lipat.

Jika APBN tidak kuat, tidak bisa melakukan fungsi sebagai shock absorber. APBN sebagai shock absorber bertujuan untuk mengendalikan inflasi, menjaga daya beli rakyat dan menjaga momentum pemulihan.

Dengan kondisi tersebut, tidak mengherankan apabila Indonesia dipercaya oleh perusahaan-perusahaan global sebagai tujuan investasi, sekalipun ekonomi dunia sedang tidak stabil.

Di sektor manufaktur, terdapat 10 perusahaan global yang tercatat sudah membenamkan modalnya di Kabupaten Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. Selain itu ada juga investor dari negara anggota G20 yang menyatakan minatnya untuk menanamkan modal di sektor pariwisata.

Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menyebutkan bahwa para investor menyatakan tertarik untuk berinvestasi pada lima destinasi super prioritas (DSP) dan delapan kawasan ekonomi khusus (KEK)  dengan investasi berbasis green tourism. Sandiaga menjelaskan, terdapat minat dari Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, India, Rusia, Spanyol dan beberapa negara anggota G20.

Selain pembenahan regulasi dan kondisi makroekonomi, tingkat daya saing investasi Indonesia bisa ditunjukkan melalui kesiapan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of 20 di Bali.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Pemerintah Provinsi Bali, Gde Pramana mengatakan, bahwa masyarakat di Bali turut serta mengambil peran dalam menyukseskan penyelenggaraan KTT G20. Selain itu, masyarakat Bali juga siap memanfaatkan peluang yang tercipta dari gelaran tersebut. Gde Pramana menjelaskan, semenjak rangkaian Presidensi G20 dilaksanakan di beberapa lokasi, termasuk di Bali, masyarakat khususnya pelaku ekonomi telah berbenah.

Pendukung utama perekonomian Bali adalah sektor pariwisata. Oleh sebab itu Presidensi G20 Indonesia membuat masyarakat Bali semakin optimis untuk memacu kembali pergerakan ekonomi usai hantaman pandemi Covid-19.

Gde berharap, kebangkitan di sektor pariwisata tidak hanya mendongkrak perekonomian daerah, tetapi juga perekonomian masyarakat sekitar, terutama dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19.

Dalam kesempatan yang sama, Ida Bagus Agung Parta Adnyna mengakui, seluruh rangkaian Presidensi G20, Indonesia 2022, mulai dari side event hingga KTT, akan membangkitkan teror parisiwsata di Bali.

Terdapat tiga hal utama yang menjadi perhatiannya. Pertama, ajang internasional negara-negara G20 tersebut akan menjadi booster ekonomi. Seiring dengan perbaikan penanganan pandemi Covid-19, Presidensi G20 akan memicu kunjungan wisatawan ke Bali. Hotel-hotel yang tadinya sepi, lantas akan mengalami peningkatan kunjungan bahkan sudah bisa dikatakan kunjungan tersebut berangsur normal.

Kedua, penyelenggaraan KTT G20 memberian citra positif bahwa Bali layak menggelar event berskala internasional. Bali pun aman untuk dikunjungi.  Ketiga, pembangunan dan perbaikan infrastruktur menjadi faktor penting untuk menunjang pemulihan sektor pariwisata.

Beberapa pembangunan yang dilakukan demi menyukseskan Presidensi G20 akan berdampak pada sektor pariwisata, seperti penginapan homestay ataupun hostel.

Geliat pariwisata di Bali sudah bisa dilihat dari adanya tingkat kunjungan wisatawan nasional dan internasional, tercatat sudah ada sekitar 10.000-15.000 wisatawan yang berkunjung ke Bali per harinya.

Sebelum pandemi Covid-19 melada, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali mencapai 30.000 orang per harinya. Hal ini menunjukkan bahwa geliat pariwisata di Pulau Bali, sudah menyentuh separuh angka apabila dibandingkan pada kondisi normal.

Demi mewujudkan negara yang ramah investasi, pemerintah perlu berkolaborasi serta diskusi untuk mendapatkan wawasan terkait dengan perwujudan investasi di Indonesia.

)* Penulis adalah kontributor Persada Institute