Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran G20 dalam Menyelesaikan Krisis Multidimensi Dunia


Oleh : Salsa Aulia *)

Peran dari adanya forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dalam upaya menyelesaikan krisis multidimensi yang sedang terjadi di dunia ternyata sangatlah besar, pasalnya di sana Indonesia selaku Presidensi akan terus mendorong seluruh negara bisa bersama menyatukan kekuatan dan bangkit bersama-sama.

Belakangan seolah krisis yang terjadi secara menyeluruh di dunia ini terkesan terus menerus bergantian terjadi, mulai dari adanya krisis akibat pandemi COVID-19, tiba-tiba merembet pula ke krisis pangan, termasuk juga diperparah dengan krisis energi yang terjadi lantaran konflik antara Rusia dan Ukraina hingga krisis keuangan lantaran normalisasi kebijakan moneter dari negara maju.

Seluruh krisis tersebut terjadi dan saling bersinggungan satu sama lain atau terjadi secara simultan sehingga memang banyak pengamat yang menyatakan kalau sekarang dunia sedang mengalami ‘polycrisis’. Maka dari itu memang sangat penting bagi negara-negara mampu untuk bisa bersatu dan bangkit secara bersama-sama dengan meninggalkan segala macam perbedaan kepentingan untuk bergabung demi menyelamatkan dunia.

Peran dari KTT G20, utamanya Indonesia sebagai presidensi di dalamnya menjadi sangatlah penting dan menentukan dalam hal tersebut. Bagaimana tidak, pasalnya forum itu diisi oleh negara-negara yang menguasai sekitar 80 persen perekonomian dunia sehingga tentu segala pembahasan dan kebijakan yang lahir darinya akan sangat berdampak.

Sebagai informasi, bahwa G20 sendiri beranggotakan Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, China, Turki dan Uni Eropa.

Mengenai hal tersebut, Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan bahwa dirinya sangat menginginkan G20 menjadi relevan bagi seluruh dunia di masa-masa sulit seperti sekarang ini, bahkan bukan hanya bermanfaat bagi anggota-anggota G20 saja. Maka sebagai presidensi G20, Indonesia sangatlah berkesempatan untuk bisa memastikan kepentingan rakyat Indonesia didengar oleh seluruh dunia.

Selain itu, sebagai tuan rumah pula, Indonesia sendiri juga dapat mengusulkan isu dan memimpin dialog yang sesuai dengan tujuan Bangsa ini. Setidaknya terdapat tiga isu yang diusung Indonesia dalam Presidensi G20, yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi digital hingga transisi energi.

Pengangkatan ketiga isu tersebut dikarenakan memang Presiden Jokowi sendiri sangat menginginkan untuk bisa berkontribusi melalui G20 dengan jauh lebih besar bagi pemulihan ekonomi dunia serta memiliki ambisi untuk dapat membangun tata kelola dunia yang lebih sehat, lebih adil dan lebih berkelanjutan sesuai kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Maka dari itu tema besar yang diusung oleh Presidensi G20 Indonesia adalah recover stronger, recover together. Dalam suatu kesempatan pada forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden Jokowi juga pernah menekankan bahwa memang inklusivitas adalah prioritas utama kepemimpinan Indonesia dalam G20.

Inklusivitas tersebut juga menjadi sebuah komitmen tegas dari Indonesia sendiri untuk bisa membuktikan no one left behind atau semua negara jangan sampai ada yang tertinggal sehingga seluruhnya bisa maju secara bersama-sama, terutama dalam mengatasi pendi COVID-19 dan pemulihan ekonomi global.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa Indonesia akan terus berupaya agar G20 dapat bekerja untuk kepentingan semua negara termasuk untuk negara maju dan berkembang, negara Utara dan Selatan, negara besar dan kecil, negara kepulauan dan pulau kecil seperti di Pasifik serta kelompok rentan yang memang harus diprioritaskan.

Untuk itu, dengan mengusung semangat bangkit bersama tersebut, maka Indonesia juga mengundang negara-negara kepulauan kecil yakni Komunitas Karibia dan Forum Kepulauan Pasifik di G20. Selain itu Indonesia juga menyampaikan komitmen seriusnya untuk mengundang Uni Afrika dalam G20 bahkan keikutsertaan negara-negara kepulauan kecil dan Uni Afrika tersebut merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah G20.

Upaya untuk terus melibatkan negara kepulauan dan negara-negara sahabat di Benua Afrika memang bukanlah tanpa alasan. Pasalnya memang konflik militer yang terjadi di Rusia dan Ukraina telah meningkatkan harga pangan, seperti untuk komoditas biji-bijian, pupuk dan energi sehingga menyebabkan adanya efek berantai ekonomi yang lebih memperburuk krisis dan mempengaruhi banyak negara-negara di dunia termasuk Ethiopia, Kenya dan Somalia.

Di sisi lain, banyak pula negara-negara dari Ghana hingga Zambia yang sebenarnya telah meminta bantuan IMF untuk memperbaiki utang mereka seperti pada laporan data dari Bloomberg. Maka memang sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa suara dari setiap negara yang merasakan imbas ketidakpastian global saat ini sangatlah penting untuk bisa didengar di Forum G20.

Masih terkait dengan upaya pengendalian serta penanganan pandemi COVID-19, Indonesia sendiri juga tak berhenti untuk terus menyuarakan ketersediaan vaksin COVID-19 bagi seluruh negara tanpa adanya ketimpangan. Berbagai hal tersebut terus dilakukan karena memang Indonesia adalah selaku Presidensi G20 sehingga menjadi ujung tombak dari solusi permasalahan global.

Memang peran dari adanya KTT G20, utamanya Indonesia sebagai Presidensi di dalamnya sangatlah penting dan banyak pihak yang menitipkan permasalahan mereka untuk bisa segera diatasi, terutama di era polycrisis dunia seperti sekarang ini sehingga semua negara harus bergabung dan meningkatkan inklusivitas bersama-sama.

* Penulis adalah kontributor untuk Pertiwi Institute