IKN Menjaga Kalimantan Sebagai Paru-Paru Dunia
Oleh : Ridwan Putra Khalan
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara akan mempertahankan kelestarian alam di Kalimantan. Bahkan, IKN akan mewujudkan konsep Forest City demi tetap mempertahankan Kalimantan sebagai paru-paru dunia.
Ibu Kota Negara Indonesia akan dipindah dari DKI Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Perpindahan ini sudah rencana yang sangat lama, karena wacananya sudah ada sejak masa Orde Baru. Mantan Presiden Soekarno ingin agar ada pemerataan di seluruh Indonesia, oleh karena itu ibu kotanya harus ada di tengah-tengah yakni Pulau Kalimantan.
Namun perpindahan ibu kota membuat beberapa pihak khawatir. Penyebabnya karena di Penajam Paser Utara diadakan pembangunan besar-besaran, mulai dari Istana Kepresidenan sampai gedung-gedung kementerian dan lembaga negara. Oleh sebab itu, terdapat kekhawatiran bahwa pembangunan ini akan merusak fungsi Kalimantan, yang termasuk salah satu paru-paru dunia.
Direktur Utama PT Amarta Karya, Nikolas Agung SR, menyatakan bahwa pembangunan IKN akan memadukan tiga konsep perkotaan, yakni smart city, forest city, dan sponge city. Artianya, pembangunan IKN tidak sekadar membuat gedung-gedung yang tinggi. Namun ada konsep yang ramah lingkungan sehingga Kalimantan akan tetap menjadi paru-paru dunia.
Pengertian dari forest city adalah kota yang berada di dalam hutan. IKN Nusantara sangat menarik karena posisinya berada di tengah hutan yang asri. Jadi, tidak akan ada pemotongan pohon-pohon di Penajam Paser Utara, demi membangun sebuah gedung pemerintahan. Justru gedung tersebut ‘dimasukkan’ di tengah hutan dan diatur agar tidak ada pepohonan yang ditebang dengan semena-mena.
Masyarakat tidak perlu khawatir karena pemerintah akan terus menjaga status Kalimantan sebagai salah satu paru-paru dunia. Untuk mengatasi global warming maka dilarang keras menggunduli hutan, demi alasan apapun, termasuk pembangunan sebuah ibu kota. Menjaga keseimbangan lingkungan adalah salah satu janji Presiden Jokowi pada pemilu 2019 lalu, dan akan terus ditepati ketika beliau jadi kepala negara.
Dengan konsep forest city maka gedung-gedung pemerintahan akan dikelilingi pepohonan, sehingga para ASN bisa bekerja dengan maksimal, karena mereka betah di kantor yang sejuk walau tanpa AC. Pemindahan ibu kota tidak akan membuat Penajam Paser Utara dipaksakan seperti DKI Jakarta yang panas, dan penuh dengan gedung tinggi. Justru pemindahan akan mengubah konsep ibu kota menjadi lebih hijau.
Konsep forest city di IKN juga didukung oleh smart city karena semua diusahakan paperless dan menggunakan teknologi terkini. Dalam artian, formulir di lembaga pemerintahan dan kantor lain akan hadir dalam bentuk elektronik.
Ketika formulirnya tidak usah memakai kertas maka akan ramah lingkungan, karena kertas berbahan dasar kayu, yang didapatkan dari pepohonan. Hal ini akan mengurangi tingkat ketergantungan pada kayu, dan pepohonan akan selamat. Kalimantan akan tetap jadi paru-paru dunia dan pepohonannya dijaga agar tumbuh subur.
Dengan konsep paperless, selain ramah lingkungan, juga menunjukkan modernitas. Semua pegawai IKN memahami teknologi dan tidak ada yang tak bisa menggunakan gawai dan formulir elektronik. Mereka akan mengajari jika ada penduduk yang kesulitan dalam mengisi Google form.
Kemudian, di dalam smart city akan ada lebih banyak kendaraan berbahan bakar listrik yang ramah lingkungan karena minim emisi. Jika emisi kendaraan rendah maka juga ramah lingkungan, karena tidak merusak lapisan ozon. Berbeda dengan motor konvensional dengan bahan bakar minyak yang emisinya lebih tinggi dan berpotensi mencemari udara.
Sementara itu, Direktur Aparatur Negara Kementerian Bappenas, Prahesti Pandanwangi, menyatakan bahwa sponge city bisa menampung air hujan dan memanfaatkannya sebagai sumber daya air. Kota ini bisa menahan air hujan agar tidak langsung ke saluran drainase, dan dapat meningkatkan peresapan ke dalam tanah.
Artianya, IKN akan jadi sponge city karena keberadaan pepohonan di dalamnya. Selain menjadi filter udara dan paru-paru dunia, pohon dalam hutan juga berfungsi menyerap air ujan seperti spons. Sehingga ketika musim hujan akan aman dan tidak kebanjiran, karena airnya diserap dengan baik oleh akar pohon.
Jangan bayangkan pemindahan ibu kota ke Kalimantan akan membuatnya seperti DKI Jakarta. Di Batavia sejak masa penjajahan memang sering banjir karena tidak ada penyerapan air, dan pohon ditebang untuk perumahan penduduk. Namun di Kalimantan pohonnya tidak ditebang demi pembangunan, justru dipelihara agar bisa menyerap air dan bebas banjir.
Ketika pohon sudah menyerap air maka akan diatur sehingga air yang diserap menjadi sumber mata air baru. Penduduk IKN tidak akan takut kekeringan saat musim kemarau. Juga tak takut kebanjiran saat musim hujan.
Pembangunan IKN akan sangat ramah lingkungan karena pemerintah berusaha menjaga Kalimantan sebagai salah satu paru-paru dunia. Hutan Kalimantan adalah sebuah aset sehingga harus dijaga sampai tahun-tahun ke depan. IKN akan jadi forest city, sponge city, dan smart city, yang tak hanya modern tetapi juga ramah lingkungan.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara