Pemerintah Percepat Vaksinasi COVID-19 ke Seluruh Lapisan Masyarakat
Oleh : Arsenio Bagas Pamungkas
Pemerintah RI terus mendorong capaian vaksinasi COVID-19 agar bisa menjangkau seluruh masyarakat di Indonesia. Hal tersebut menyusul adanya kabar bahwa kasus COVID-19 kembali meningkat setelah ditemukannya varian baru Omicron XBB.
Salah satu upaya paling tepat untuk mengurangi risiko terjangkit bahkan hingga risiko kematian akibat paparan COVID-19 adalah dengan melakukan vaksinasi COVID-19. Maka dari itu, pemerintah terus menggenjot capaian vaksin, utamanya kepada kelompok rentan seperti kaum lansia.
Data menunjukkan bahwa kelompok lansia memiliki risiko yang jauh lebih tinggi terpapar COVID-19 jika dibandingkan dengan kelompok anak-anak. Mengenai hal tersebut, Menteri Kesehatan (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa memang vaksin menjadi sangat penting untuk bisa melindungi manusia dari dampak setelah terpapar oleh COVID-19, utamanya bagi mereka para kelompok usia lanjut.
Pentingnya segera melakukan vaksinasi menurut Menkes Budi adalah dikarenakan jika masyarakat tidak mendapatkan perlindungan dari vaksin, maka kemungkinan mereka apabila terpapar oleh COVID-19 akan mengalami kondisi yang berat bahkan hingga kritis dan harus dilarikan ke rumah sakit.
Lebih lanjut, dikemukakan Budi Gunadi bahwa nyatanya terdapat pasien pula yang meninggal akibat COVID-19 dikarenakan dirinya masih belum genap menjalani vaksinasi hingga dosis ketiga, utamanya memang penggunaan vaksin booster yang masih belum semua masyarakat Indonesia melakukannya.
Pasien konfirmasi positif COVID-19 sendiri pada periode tanggal 4 Oktober hingga 8 November 2022 mencapai hingga sebanyak 27.081 pasien. Mereka semua mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Kemudian dari seluruh jumlah tersebut, hampir setengahnya, yakni sebanyak 10.639 pasien ternyata memiliki gejala yang sedang, gejala berat hingga sampai di posisi kritis.
Sebanyak 74 persen diantara mereka semua ternyata memang masih belum mendapatkan vaksin booster COVID-19. Kemudian terdapat 1.373 pasien tercatat yang meninggal dunia pada periode yang sama, yakni 84 persen dari mereka sama sekali belum mendapatkan vaksin booster.
Untuk angka kematian tertinggi terjadi pada kelompok lansia, yang mana sekitar 50 persen diantara para lansia tersebut memang sama sekali belum mendapatkan vaksinasi. Kembali dengan tegas, Menkes RI menyatakan bahwa jika masyarakat sudah menjalani vaksinasi booster, maka risiko akan kesakitan hingga kematian karena COVID-19 akan menurun jauh jika dibandingkan dengan mereka yang belum menjalani vaksin.
Upaya pemerintah untuk terus mendorong adanya peningkatan vaksinasi oleh masyarakat memang sejalan dengan adanya kabar bahwa peningkatan jumlah kasus COVID-19 nyatanya mengalami kenaikan. Bahkan bukan hanya mendorong capaian vaksinasi saja, melainkan pemerintah juga melakukan upaya edukasi kepada seluruh masyarakat untuk bisa menjalani vaksinasi.
Tentu dengan adanya edukasi yang diberikan terlebih dahulu, maka diharapkan wawasan masyarakat menjadi lebih terbuka mengenai betapa pentingnya menjalani vaksinasi COVID-19, karena memang kondisi dunia saat ini masih belum bisa dikatakan aman secara 100 persen karena keberadaan pandemi belum benar-benar hilang seluruhnya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa masih ada banyak anggapan mengenai vaksinasi COVID-19 yang menyebar di masyarakat, yang mana itu adalah informasi salah dan sama sekali tidak benar adanya. Dengan semakin banyaknya informasi hoax tersebut menyebar, maka membuat masyarakat sendiri cenderung takut menjalani vaksinasi.
Maka dari itu, salah satu strategi yang patut diberikan apresiasi tinggi dari pemerintah adalah dengan melakukan wacana tandingan, yakni melawan berita bohong yang sesat tersebut dengan informasi-informasi benar sesuai dengan data dan kajian dari para ahli.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pengelolaan Imunisasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, dr. Prima Yosephine menyatakan perlunya upaya untuk terus menyosialisasikan pentingnya vaksinasi lengkap COVID-19 kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah sendiri juga menjamin dan memastikan bahwa stok vaksin sangat memadai untuk kebutuhan percepatan vaksinasi seluruh masyarakat Indonesia.
Sejauh ini terjadi tren kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia disinyalir karena adanya varian terbaru yakni Omicron XBB di Indonesia. Prima Yesephine dengan tegas membantah bahwa adanya anggapan dari masyarakat yang menyatakan kalau seolah-olah memang pandemi sudah berakhir sehingga sama sekali tidak diperlukan lagi menjalani vaksin booster.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Profesor Iris Rengganis mengimbau warga tidak perlu khawatir dengan efek samping ringan yang ditimbulkan pascavaksinasi seperti pegal-pegal, nyeri di tempat suntikan, nyeri otot dan demam.
Menurutnya, seluruh reaksi tersebut adalah bentuk yang normal dari upaya pembentukan antibodi atas respons dari pemberian vaksin ke dalam tubuh. Karena memang terdapat sesuatu yang dimasukkan ke dalam tubuh sehingga akan terjadi suatu reaksi inflamasi, yang mana sifatnya sementara dan akan hilang sendiri dalam beberapa saat.
Menanggapi adanya varian terbaru Omicron XBB di Indonesia, tentunya seluruh masyarakat harus bisa saling mendukung agar segera tercipta herd immunity dengan setidaknya lebih dari 70 persen total populasi menjalani vaksinasi booster atau dosis ketiga. Maka dari itu, pemerintah terus mendorong capaian vaksinasi COVID-19 ke seluruh masyarakat.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute