Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masyarakat Indonesia Miliki Diveritas Tinggi, Waspadai Politik Identitas Cegah Pecah Belah

Oleh : Bimo Ariyan Beeran )*

Masyarakat di seluruh Indonesia memang memiliki tingkat diversitas yang sangat tinggi karena berasal dari beragam sekali latar belakang yang saling berbeda. Maka dari itu kewaspadaan akan politik identitas harus terus digaungkan secara bersama-sama untuk bisa mencegah terjadinya pecah belah di tengah masyarakat dan juga mensukseskan gelaran Pemilu 2024.

Indonesia merupakan sebuah bangsa atau negara yang memang terdiri dari berbagai macam suku, agara, ras serta budaya dan antar golongan. Pada sebuah negara yang terletak tepat di garis Khatulistiwa ini, maka Tanah Air memang banyak sekali menyimpan berbagai macam sumber daya alam (SDA), termasuk juga sumber daya manusia (SDM) yang melimpah.

Maka dari itu, dengan jumlah penduduk yang begitu banyak dan juga mereka semua memiliki latar belakang kebudayaan masing-masing yang juga sangatlah beragam, mulai dari agama hingga suku yang saling berbeda pula, tidak bisa dipungkiri jula kerap kali bangsa ini dihadapkan pada sebuah kondisi di mana perstuan antar masyarakat sangatlah diuji.

Salah satu ujian akan perstuan yang memang harus terus dilawan dan dihadapi oleh masyarakat adalah, utamanya dalam perhelatan pemilihan umum (Pemilu) yang diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali, dan sebentar lagi akan kembali dihelat, yakni pada tahun 2024 mendatang.

Jelas saja bahwa dalam kontestasi politik atau juga pesta demokrasi adanya Pemilu pada tahun 2024 tersebut persatuan dan kesatuan yang dimiliki oleh seluruh masyarakat di Indonesia sangatlah diuji. Maka dari itu, masyarakat sendiri juga harus senantiasa menegakkan semboyan bangsa, yakni Bhinneka Tunggal Ika, atau berbeda-beda namun tetap satu jua. Khususnya pada tahun politik yang biasanya juga masih diwarnai dengan adanya persaingan yang kurang sehat, dengan salah satu atau beberapa oknum pihak tertentu justru bermain menggunakan isu politik identitas dan menggunakan SARA, padahal hal tersebut merupakan isu yang sangat sensitif dan juga sangat mampu berpotensi untuk memecah masyarakat.

Mengenai adanya ancaman dari beberapa oknum peserta pemilu yang bisa saja terus menggaungkan isu politik identitas hanya demi kepentingan mereka dan golongannya untuk bisa mendulang suara dari masyarakat dan memenangkan kontestasi Pemilu 2024 tersebut, Pengamat Politik, Ujang Komarudin menyatakan bahwa jika ternyata politik identitas terus saja didesain, dipelihara, digaungkan dan juga dipublikasikan, maka hal tersebut tak ubahnya menjadi sebuah industri.

Tentu saja, jika itu terus dilakukan oleh peserta Pemilu dan mampu membuat masyarakat menjadi terpengaruh dan pada akhirnya masyarakat pun menjadi terbelah, maka merupakan sebuah permasalahan serius yang harus ditangani secara bersama-sama. Bahkan kini, sasaran dari penyebarluasan isu mengenai politik identitas sendiri sudah bukan hanya menyasar kepada kelompok tertentu yang rawan saja seperti pada generasi muda atau milenial, yang biasa disebut dengan Gen Z saja, namun juga telah menyasar kepada seluruh komponen bangsa.

Ketika isu-isu mengenai politisasi identitas yang terus menggunakan bahasa SARA, yang merupakan hal sangat sensitif karena memang masyarakat Indonesia memiliki tingkat diversitas sangat tinggi terus digaungkan oleh berbagai oknum peserta Pemilu ataupun mereka dari oknum pendukung calon tertentu, maka tentunya akan memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesatuan bangsa.

Adanya hal-hal tersebut mampu membuat saling curiga masyarakat, dan pada akhirnya juga akan bisa memunculkan sebuah konflik horizontal, yang mana padahal hendaknya tidak perlu terjadi, apalagi pada setiap kontestasi pesta demokrasi Pemilu yang dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali di Tanah Air.

Biasanya, beberapa hal yang mampu terlihat secara kasat mata dan sangat jelas adalah ketika terdapat pihak-pihak tertentu yang saling menjelekkan satu sama lain secara identitas dan cenderung melakukan kampanye hitam. Padahal sejatinya dalam sebuah Pemilu, para peserta bisa saling bersaing dengan sehat dan beradu gagasan atau program mereka, namun justru hal-hal mengenai identitas terus saja digaungkan. Tentunya juga akan semakin memperburuk kualitas demokrasi Indonesia.

Seolah-olah, ketika adanya isu politik identitas ini terus saja dijalankan, maka justru menjadikan sesama warga Indonesia akan menjadi musuh dan saling membenci, bukan malah justru saling bersatu dan menjalin persaudaraan satu sama lain.

Untuk itu, seluruh elemen masyarakat termasuk juga para peserta Pemilu 2024 mendatang harus mampu saling bersama-sama dalam meminimalisasi adanya isu politik identitas, hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan terus saling bersepakat untuk sama sekali tidak menggunakan politik identitas dalam kontestasi politik. Kemudian hal kedua yang penting adalah untuk bisa saling membangun kesadaran secara kolektif di tengah masyarakat bahwa isu politik identitas merupakan hal yang sangat berbahaya dan hendaknya bisa dihindari.

Segenap elemen bangsa ini harus secara bersama-sama dan kompak dalam menghindari adanya penggunaan politik identitas karena akan sangat mampu untuk memecah belah keutuhan NKRI, utamanya di tengah angka diversitas dari masyarakat Indonesia yang sangat tinggi, maka isu-isu mengenai SARA memang menjadi hal yang sangat sensitif.

)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara