Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gen Z Berperan Wujudkan Pemilu Bersih

Oleh : Alexander Yosua Galen )*

Gen Z memiliki peran yang cukup penting dalam penyelenggaraan pemilu, dengan idealisme serta kemampuan mengakses teknologi, gen z diharapkan mampu turut serta dalam mewujudkan pemilu yang bersih.

14 Juni 2022, tahapan pemilu telah dimulai dan berjalan cukup panjang. Calon legislatif telah mulai menunjukkan foto dirinya di media sosial. Unggahan konten untuk mendukung partai politik mulai menghiasi beranda media sosial. Memang gegap gempita pemilu memang belum dirasakan di tengah masyarakat karena tahapan penyelenggaraan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sesungguhnya belum digelar.

Tahapan yang biasanya menyedot perhatian adalah mulai dari pencalonan dan penetapan calon presiden serta wakil presiden maupun anggota legislatif, tahapan kampanye, hari pemungutan suara, rekapitulasi hasil pemilihan, hingga ketika penetapan presiden wakil presiden serta anggota legislatif terpilih.

Meskipun belum benar-benar dirasakan di tengah masyarakat dan kampanye belum berlangsung, sesungguhnya pesta demokrasi beserta intrik-intriknya sudah mulai megemuka, utamanya di jagat digital. Hal ini disebabkan karena para kandidat bak secara langsung ataupun melalui simpatisan mereka sudah mulai mengenalkan, mendekatkan dan mengakrabkan diri kepada masyarakat.

Pendekatan kandidat melalui media internet saat ini menjadi lebih masif mengingat perkembangan teknologi satu dekade terakhir begitu pesat. Hampir setiap orang saat ini memiliki gawai dan akun media sosial, adapula seseorang yang memiliki lebih dari satu akun media sosial.

Akun media sosial tersebut bertujuan untuk memperkenalan diri serta menyampaikan visi dan misi calon kandidat melalui media internet. Cara tersebut dinilai lebih efektif dilakukan oleh peserta pemilu dan para simpatisannya guna men-sosialisasikan program apa yang akan dilaksanakan setelah terpilih mendapatkan jabatan. Cara tersebut juga dapat menjangkau lebih banyak orang dan lebih mudah dibandingkan harus mengumpulkan masaa dalam jumlah besar.

Hingga saat ini tahapan-tahapan pemilu dapat berjalan dengan bak, kondusif dan aman. Akan tetapi Dr Panji Suminar mengungkapkan, hal tersebut tidak menjamin ke depannya akan terlaksana tanpa ada riak. Tetap ada kendali karena setiap ada persaingan, gesekan serta peringkat menang atau kalah. Konsisi-kondisi seperti itulah yang bisa menjadi faktor pemicu gangguan upaya penyelenggaraan pemilu yang aman, damai dan bisa menggerus berbagai kegembiraan yang seharusnya ada dalam pesta demokrasi.

Oleh karena itu, ada hal yang perlu menjadi perhatian penting agar pemilu 2024 dapat berjalan sesuai tujuannya, antara lain, media online perlu menjadi perhatian. Apalagi saat ni media online sudah dapat ditemui dengan mudah mengalir serta meluas, di sana juga menjadi tempat berkumpul dan beraktivitas banyak warganet.

Dalam hal media internet, tidak hanya informasi saja yang mudah tersebar, tetapi berita bohong atau hoaks serta ujaran kebencian juga dapat menyebar dengan cepat. Semua hal buruk seperti itu dapat menjadi perusak demokrasi. Sehingga penting agar kalangan gen z juga menjaga media yang diaksesnya agar tetap kondusif serta menjadi salah satu fondasi terciptanya pemilu yang aman, damai dan gembira.

Gen Z saat ini menempati sekitar 25-35 persen. Gen Z juga menjadi penduduk terbesar di media sosial. Sebagai penduduk terbesar di dunia daring, kelompok gen Z tersebut memiliki pengaruh besar untuk menentukan arah dan arus berkembang. Bahkan mereka juga mampu menciptakan arus yang dapat mengubah kebijakan-kebijakan.

Contohnya yang belum lama ini ternjadi, bagaimana gen Z mengkritik pembangunan infrastruktur di provinsi Lampung dan kemudian ruang digital seketika dipenuhi oleh anak-anak muda yang mampu menjadi pengaruh opini serta kebijakan publik. Dampaknya, Presiden Joko Widodo akhirnya turun langsung ke Lampung unttuk memastikan daerah tersebut ke depan harus berkopeten dan harus menyelesaian permasalahan-permasalahan yang ada di daerah.

Selain itu pula kita bisa lihat bagaimana gerakan sekelompok anak muda berjumlah 5 orang, justru mampu menggunakan ruang digital media sosial hingga akhirnya mampu menggerakkan ribuan orang untuk membersihkan sampah pada pantai yang mendapatkan gelar sebagai pantai terkotor nomor 2 di dunia.

Oleh kerarena itu, generasi muda perlu mendapatkan literasi tentang pendidikan di ruang digital. Gen z juga bisa menjadi pendengung untuk pemilu yang lebih baik. Sehingga konten yang mereka buat dapat menutup konten yang berbau ujaran kebencian dan konten negatif lainnya agar tidak berseliweran di dalam jaringan internet.  Masyarakat juga dapat mengakses media sosial untuk mendapatkan hal yang positif dan “sehat” untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat ke depannya.

Tentu saja peran Gen Z membutuhkan dukungan dari banyak pihak, apalagi mereka masih steril dari berbagai intervensi politis, sehingga jika gen z merasa tidak mendapatkan dukungan, justru mereka bisa menjadi seseorang yang apatis terhadap politik dan penyelenggara pemilu.

Gen z dengan pemikirannya yang kritis sudah semestinya mampu mengambil peran dalam mewujudkan pemilu yang bersih, serta pemilu yang bermartabat.

)* Penulis adalah Kontributor Suara Khatulistiwa