Masyarakat Diimbau Jangan Golput dan Pilih Pemimpin Terbaik
Oleh : Vania Salsabila Pratama )*
Tahun 2024 bangsa Indonesia akan mengadakan Pemilihan Umum (Pemilu) dan masyarakat sejak jauh-jauh hari diimbau untuk memberikan suaranya. Jangan golput (golongan putih) karena akan merugikan diri mereka sendiri. Saat Pemilu harus dimanfaatkan untuk memilih pemimpin terbaik yang akan jadi Presiden Indonesia. Ketika banyak yang golput maka berbahaya karena kertas suara yang kosong bisa disalahgunakan oleh oknum, dan membuat Pemilu tidak jujur dan adil.
Pemilu diselenggarakan pada bulan Februari 2024. Meski belum masuk masa kampanye, tetapi program 5 tahun sekali ini sudah terdengar gaungnya. Pemilu 2024 sangat mendebarkan dan masyarakat tentu sangat menantikan siapa yang akan jadi Presiden Indonesia selanjutnya. Mereka ingin agar pemimpin baru membawa negeri ini jadi lebih baik dan lebih maju.
Masyarakat diimbau untuk mensukseskan Pemilu 2024 dengan memberikan hak suaranya (mencoblos pada hari pemilihan). Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menyatakan bahwa masyarakat harus menggunakan hak pilihnya di Pemilu 2024 mendatang. Daripada golput, lebih baik masyarakat memilih calon pemimpin yang paling sedikit tidak baiknya.
Mahfud melanjutkan, masyarakat tidak boleh apatis dan berkata bahwa calon anggota legislatif dan calon presidennya itu-itu saja. Namun mereka harus memilih tokoh terbaik, yang paling sedikit kekurangannya. Dalam artian, masyarakat wajib mensukseskan Pemilu 2024 dengan menggunakan hak pilihnya dan jangan golput. Jangan apatis lalu golput karena akan merugikan dirinya sendiri.
Masyarakat wajib melakukan riset terhadap para capres dan caleg sebelum memilih mereka. Dengan cara ini maka akan terlihat mana calon pemimpin terbaik. Dengan cara ini maka mereka akan batal golput, karena paham bahwa yang dipilih adalah calon pemimpin yang berkualitas.
Masyarakat diharap ikut aktif dalam Pemilu dan meningkatkan literasi politik. Jangan pesimis lalu berkata bahwa siapapun presidennya hasilnya sama saja, karena beda pemimpin pasti beda hasil. Mereka harus aktif dalam Pemilu dan menggunakan hak pilihnya, karena akan menentukan arah Indonesia ke depannya.
Golput bukan solusi untuk memperbaiki nasib bangsa. Penyebabnya karena jika banyak orang yang tak menggunakan hak pilihnya, maka masa depan Indonesia dipertaruhkan. Akan ada banyak surat suara yang kosong karena mayoritas rakyat memutuskan untuk golput dengan alasan skeptis dengan kondisi negara, nyinyir terhadap pemerintah, emosi kepada para pejabat, dll.
Jika ada banyak surat suara yang kosong maka akan merugikan karena ada potensi disalahgunakan oleh oknum. Surat suara tersebut bisa saja ditusuk dengan paku atau dicoret bolpen, lalu terjadi kecurangan. Dengan demikian, Partai yang terpilih bukan 100% dari pilihan rakyat, tetapi merupakan ulah dari kecurangan oknum tertentu.
Jika surat suara disalahgunakan maka masa depan Indonesia dipertaruhkan karena partai pemenang pemilu tak seharusnya mendapatkan posisinya. Akibatnya anggota DPR RI yang baru juga tak seperti yang diperkirakan, sehingga nasib bangsa menjadi pertanyaan besar.
Kemudian, saat ada penyelahgunaan surat suara karena golput maka bisa jadi ada kesalahan dalam pemilihan presiden. Jika yang seharusnya jadi presiden adalah capres A maka yang terpilih malah capres B. Masa depan Indonesia bisa berubah, tidak menjadi stagnan tetapi bisa jadi tak lebih baik dari era sebelum pandemi Covid-19.
Oleh karena itu masyarakat dilarang keras untuk golput dengan alasan apapun. Golput tidak keren sama sekali karena merugikan masa depan Indonesia. Kemudian, jika banyak yang golput maka pemerintah juga rugi karena anggaran pemilu sebesar 76 Triliun rupiah akan terbuang sia-sia, karena hasilnya tak sesuai dengan harapan.
Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin menyatakan bahwa pengalaman mengajarkan, momen pelaksanaan pemilu merupakan saat dimana persatuan bangsa diuji. Masyarakat berpotensi terpolarisasi akibat panasnya tensi politik. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan langkah agar pelaksanaan Pemilu tahun 2024 mendatang. Wapres juga menghimbau masyarakat untuk memberikan suaranya saat Pemilu 2024.
Masyarakat wajib mencoblos pada hari pemilihan dan dilarang keras untuk golput. Jika pada masa Orde Baru, gerakan golput populer karena sudah diketahui pasti partai dan pemimpin yang terpilih, tapi saat ini jangan diulangi lagi. Pemerintah memastikan Pemilu selalu jujur dan adil Oleh karena itu seluruh WNI yang berusia 17 tahun ke atas adalah dengan menggunakan hak pilihnya.
Stigma negatif Pemilu bisa dilawan dengan meningkatkan kemampuan literasi politik. Cara untuk meningkatkan literasi politik adalah dengan mengenali siapa saja calon presiden pada Pemilu 2024 mendatang dan dilihat visi dan misinya.
Masyarakat dilarang keras untuk golput karena akan merugikan mereka sendiri dan kertas suara yang kosong bisa disalahgunakan oleh oknum. Golput bukanlah solusi yang baik karena akan mempertaruhkan masa depan Indonesia ke arah yang tidak baik. Seluruh WNI yang berusia 17 tahun ke atas wajib memberikan suaranya saat Pemilu dan tertib dalam menjaga azas Pemilu.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara