Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengutuk Aksi KST Papua Menebar Teror Kepada Masyarakat Sipil

Oleh : Yowar Matulessy )*

Seorang kru Helikopter pembawa bahan makanan bernama Salman Wahid mendapat perlakukan tidak menyenangkan, yakni diserang oleh orang tidak dikenal (OTK) yang dicurigai merupakan bagian dari KST, dikarenakan hanya KST sebagai kelompok yang senang melakukan penyerangan secara brutal. Apapun motif dari OTK dalam melakukan penyerangan tersebut tentunya tidaklah dibenarkan.

Peristiwa tersebut telah dibenarkan oleh Irjen Pol Mathius Fakhiri selaku Kapolda Papua, dirinya mengatakan bahwa seorang kru helikopter pengangkut bahan makanan mendapatkan serangan dari OTK di Oksibil, Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan. Kru helikopter tersebut mendapatkan serangan sesaat setibanya di lokasi tambang emas lokal mining 88 Oksibil.

Salman Wahid menceritakan bahwa dirinya akan mengangkut bahan makanan dari Tanah Merah, Kabupaten Boven Digul, Papua Selatan. Tiba-tiba datang empat OTK di mana salah satunya dari mereka menanyakan secara kasar, mengapa barang baru datang, sambil menyerang korban hingga mengalami luka di kepala dan punggung belakang akibat benda tumpul.

Korban kemudian lari di sekitar landasan pacu mining 88 namun tetap dikejar oleh OTK yang ingin kembali melakukan penganiayaan. Sedangkan saksi dari aksi intimidatif tersebut adalah pilot helikopter Andre Kristian yang sempat ditodong senapan angin saat masih berada di dalam helikopter dan saat korban berhasil naik dan menutup pintu heli, salah satu OTK melempar jendela hingga pecah dan membacok jendela depan menggunakan sebilah parang sampai pecah.

Setelah korban berada di dalam helikopter, Pilot helikopter tersebut langsung menerbangkannya dan kembali ke Tanah Merah. Selanjutnya korban dibawa ke RSUD untuk mendapatkan penanganan medis.

Pada kesempatan berbeda, KST kembali membuat ulah, di mana post TNI satgas Pamtas Mobile Yonif Para Rider 330/TD di Titigi Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah dilaporkan mendapatkan serangan dari KST. Aksi penyerangan tersebut memicu kontak tembak antara aparat TNI dengan KST.

Akibat serangan tersebut, dua prajurit yakni Prada B dan Pratu BAM, personel Yonif PR 330/TD dikabarkan mengalami luka tembak. Prada B mengalami luka tembak di bagian pinggang dan sudah dievakuasi dari Intan Jawa menuju RSUD Mimika guna mendapatkan penanganan medis.

Aksi penyerangan KST di Pos TNI tersebut terjadi pukul 11.45 WIT. Selain dua prajurit yang terluka, seorang personel dari Satgas Elang Tindak Pasopati, Sertu RS juga terkena tembakan. Tercatt dirinya tertembak saat proses evakuasi prajurit, tembakan terhadap Sertu RS diketahui menganai body vest (rompi tubuh) dan masih dalam kondisi sadar.

Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan KST harus mendapatkan perhatian khusus, apalagi KST diduga melakukan provokasi kepada anak muda di Papua untuk melakukan perlawanan, baik terhadap TNI maupun Polri. Provokasi inilah yang membuat KST mendapatkan tenaga baru untuk melakukan perlawanan serta membuat kerusuhan.

Aksi brutal KST tentu tidak dapat dibiarkan karena selain mengancam kedamaian masyarakat, gerombolan tersebut juga secara terang-terangan mengancam kedaulatan negara. Berbagai aksi KST ini semakin menambah geram masyarakat Papua mengingat KST saat ini masih menyandera Pilot Susi Air, pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih Kolonel Kav Herman Taryaman mengatakan, saat ini terkuak sudah bahwa KST tidak hanya menggunakan warga, perempuan maupun anak-anak untuk dijadikan tameng, tetapi juga mengajak para pelajar SMP/SMA untuk menyerang prajurit TNI yang sedang bertugas. Provokasi tidak hanya dilakukan melalui media sosial, tetapi KST juga mendatangi langsung para pelar SMP/SMA untuk menyerang aparat yang sedang bertugas.

Menurut Herman, tentu saja hal tersebut sangat disesalkan sehingga tidak salah apabila warga yang berada di Kabupaten Nduga maupun Intan Jaya dan daerah lainnya mulai melakukan perlawanan kepada gerombolan tersebut. Pasalnya keluarga ataupun anak-anaknya menjadi tumbal aksi KST.

Ia menjelaskan bahwa daerah yang dikuasai oleh KST sangat sulit dijangkau, bahkan oleh pemerintah daerah, terutama di tingkat distrik yang menjadi basis kelompok tersebut. Dia menyebutkan bahwa jika dilihat peran kepala distrik maupun kepala kampung di lokasi tertentu cenderung tidak berjalan.

Sebelum Pilot Susi Air Philip Mark disandera, KST juga mengganggu proses pembangunan puskesmas serta membakar sekolah dengan alasan, agar masyarakat tidak menjadi pintar, karena ketika menjadi pintar maka mereka tidak bisa dipengaruhi untuk ikut memberontak dengan tujuan separatis.

KST memang sangat licik, mereka mengintimidasi warga dan melarang anak-anak untuk bersekolah, bahkan dipaksa untuk bergabung dengan gerombolan KST. Aksi yang dilakukan KST memang tidak bisa dibenarkan, mereka juga melakukan aksi yang merugikan masyarakat Papua dan tidak jarang mereka membuat suasana di Papua menjadi tidak aman, seperti melakukan pengrusakan atau pembakaran.

)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Manado