Mengutuk Kekejian KST Papua, Kembali Aniaya dan Tewaskan Masyarakat Sipil
Oleh : Ixtusya Engresya )*
Papua, tanah yang subur dengan keanekaragaman budaya, sayangnya terus dirundung oleh bayang-bayang terorisme. Kelompok Separatis Teroris (KST) masih mempraktikkan kekerasan terhadap Orang Asli Papua (OAP), menyulut kekhawatiran akan potensi konflik yang tak kunjung mereda.
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III Letjen TNI Richard TH Tampubolon, dengan suara tegas, memperingatkan bahwa kekerasan ini harus segera diakhiri.
Richard menegaskan bahwa peristiwa tragis terakhir menimpa dua perempuan OAP, Ima Selopole dan Animira Kobak, menjadi korban penganiayaan berat oleh KST Kodap XVI Yahukimo, adalah bentuk kekejian yang tak dapat ditoleransi.
Ima Selopole terluka parah akibat serangan pisau, sementara Animira Kobak menghadapi nasib yang lebih tragis dengan meninggal dunia akibat luka pada bagian kemaluannya yang disebabkan oleh senjata tajam.
Peristiwa ini mengguncang kehidupan masyarakat di Lokasi kebun Kampung Baru Muara Bonto, Jalan Paradiso Bawah Km 4, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada Rabu (11/10).
Richard menyoroti paradoks yang mencengangkan, di mana kelompok yang mengklaim memperjuangkan kepentingan masyarakat OAP ternyata menjadi pelaku kekerasan sadis terhadap sesama warga.
"Bagaimana mungkin atas nama memperjuangkan kepentingan masyarakat OAP, kalau kerjanya menganiaya, memperkosa, dan membunuh secara sadis dengan menusukkan pisau ke kemaluan perempuan OAP?" tanya Richard dengan nada prihatin.
KST Kodap XVI Yahukimo diidentifikasi sebagai pelaku, seiring dengan lokasi kejadian yang berada di wilayah persebaran kelompok tersebut.
Richard menyatakan bahwa untuk mencapai keamanan dan kesejahteraan di Papua, seluruh elemen masyarakat, tanpa terkecuali, perlu bersatu padu dalam menjaga stabilitas keamanan. Panglima ini menegaskan kembali komitmen TNI/Polri untuk menghadirkan Papua yang aman, damai, dan sejahtera, dengan penegakan hukum yang tegas dan terukur.
ini bukan hanya sebatas retorika, melainkan sebuah seruan mendalam untuk bersama-sama mengatasi ancaman terorisme di Papua. Keselamatan dan kesejahteraan OAP tidak bisa diremehkan, dan keamanan harus diutamakan agar upaya percepatan pembangunan kesejahteraan, seperti yang diamanatkan oleh Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020, dapat berhasil.
Dalam konteks ini, kami mendapatkan tanggapan dari dua narasumber, aktivis hak asasi manusia di Papua dan seorang akademisi yang memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika sosial di Papua.
Mereka sepakat bahwa kejadian ini harus dijadikan momentum untuk membangun solidaritas lintas sektoral guna menekan keberadaan KST di Papua.
Menurut mereka, pendekatan komprehensif yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, pemangku kepentingan, dan aparat keamanan akan lebih efektif dalam menanggulangi ancaman terorisme di Papua.
Akademisi tersebut menekankan pentingnya pendekatan berbasis masyarakat dalam menyelesaikan konflik di Papua, yang bukan hanya mencakup aspek keamanan tetapi juga pemenuhan hak-hak dasar masyarakat.
Sementara itu, aktivis hak asasi manusia menyoroti perlunya transparansi dalam penegakan hukum dan perlindungan terhadap korban kekerasan.
Dengan demikian, kondisi Papua yang aman, damai, dan sejahtera dapat direalisasikan bukan hanya sebagai cita-cita, melainkan sebagai kenyataan yang dirasakan oleh setiap warga Papua.
Kami mengajak seluruh lapisan masyarakat, termasuk media massa, untuk menjadi penjaga kebenaran dan mengedepankan kepentingan bersama demi masa depan yang lebih baik. Mari bersama-sama melawan kekejian KST di Papua dan membangun Papua yang lebih aman dan sejahtera bagi semua.
Kekejian yang menimpa Ima Selopole dan Animira Kobak menjadi pukulan telak bagi Papua. Namun, kesedihan ini harus menjadi pemicu bagi perubahan positif. Melalui kesatuan tekad, kita dapat memastikan bahwa terorisme tidak lagi memiliki tempat di bumi Cendrawasih.
Dalam memori Ima Selopole dan Animira Kobak, mari kita bersatu dalam semangat perlawanan terhadap kekejian. Memastikan bahwa keamanan dan kesejahteraan adalah hak setiap warga Papua.
Dengan bahu-membahu, mari kita tinggalkan sekat-sekat perbedaan dan bersama-sama membangun Papua yang aman, damai, dan sejahtera.
Mari kita jadikan tragedi ini sebagai titik balik menuju masa depan yang lebih baik, di mana perdamaian bukan lagi impian, melainkan realitas yang kita nikmati setiap hari.
Dengan kebersamaan dan tekad yang bulat, kita bisa mewujudkan Papua yang menjadi bangga tidak hanya bagi warganya sendiri tetapi bagi seluruh Indonesia.
Richard TH Tampubolon mengingatkan bahwa keamanan Papua adalah tanggung jawab bersama. TNI/Polri akan terus berkomitmen untuk mewujudkan Papua yang aman dan damai melalui penegakan hukum secara tegas dan terukur untuk mewujudkan Papua yang sejahtera, maju, dan modern.
Mari kita dukung komitmen ini dengan tindakan nyata dan menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan di Papua.
Sebagai anak bangsa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama melawan kekejian dan membangun masa depan yang lebih baik untuk Papua.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Manado